Kamis, 07 Juni 2012

Berita

Kendari, SE
Komunitas Settung Gelar Diskusi Puisi Deasy Tirayoh di Acara Launchingnya

     Komunitas Settung Sulawesi Tenggara yang dibentuk pada hari Jumat 20 Januari 2012 mulai menunjukkan geliatnya dengan mengadakan kegiatan pertamanya berupa Diskusi Puisi Deasy Tirayoh yang bersumber dari Buku Puisi 9 Pengakuan Seuntai Kidung Mahila. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Maret 2012, sekaligus sebagai acara Launching komunitas ini pada pukul 15.30 WITA di markas Kloter-B (Kelompok Teras Budaya) di Taman Budaya, Sulawesi Tenggara.
Komunitas Settung adalah Komunitas Penulis Sulawesi Tenggara yang berkedudukan di Kendari. Didirikan oleh 5 penulis Kendari : Krisni Dinamita (penulis, novelis) Syaifuddin Gani (penulis, penyair) Arham Rasyid (penulis, novelis, desain-art), Adhy Rical (penulis, penyair, filmmaker), dan Ilham Q. Moehiddin (penulis). Sebagai perhimpunan, Komunits Settung bergerak di bidang pelatihan kepenulisan, asistensi dan books art-desain, serta penerbitan.
     Komunitas Settung juga mendirikan sebuah perusahaan penerbitan dengan nama Penerbit Settung (Settung Publishing). Penerbit ini memfokuskan diri menerbitkan buku-buku sastra dan ilmiah populer, yang sebagian besar membantu para penulis Sultra dan Kendari yang selama ini kesulitan menerbitkan karyanya dalam bentuk buku. Komunitas Settung berkeyakinan penulis harus “didekatkan” pada kesempatan untuk mempublikasikan karyanya dalam bentuk buku sebagai tujuan akhir sebuah karya literasi. Komunitas Settung ini didirikan untuk memberi ruang berkumpul bagi kebanyakan penulis di Sultra, berbagi pengalaman kepenulisan, meningkatkan kemampuan penulis, dan menerbitkan karya para penulis dalam bentuk buku sebagai final offer on literacy. Komunitas Settung memilih kota Kendari sebagai lokasi pilot community. Komunitas ini juga pada saatnya nanti akan berusaha menjangkau kota lainnya di Sultra untuk memenuhi harapan berhimpun para penulis lainnya berupa pembentukan Komunitas Settung kabupaten/kota (satelitte community).
       Pada acara diskusi  kali ini yang sekaligus adalah acara launchingnya,  Komunitas Settung menghadirkan dua orang pembicara yaitu Ilham Q. Moehiddin, seorang penulis yang juga merupakan pendiri dari Komunitas ini dan seorang lagi penulis dari Makassar bernama Patta Nasrah. Diskusi ini juga dipandu oleh seorang moderator yang juga merupakan  pendiri Komunitas Settung, seorang penulis puisi Sulawesi Tenggara yaitu Syaifuddin Gani.  
     Deasy Tirayoh yang mengaku sangat merasa bangga saat itu karena puisi-puisinya didiskusikan oleh orang-orang yang menurutnya sudah banyak makan asam garam di dunia kepenulisan, khususnya puisi tidak bisa berbicara banyak selain duduk menunduk mendengar puisi-puisinya ‘digerayangi” tidak hanya oleh pembicara akan tetapi juga oleh hampir semua peserta diskusi saat itu. Ketika diberi kesempatan untuk bicara, Deasy Tirayoh mengatakan bahwa dia tidak menyangka puisi-puisinya yang ditulisnya dengan sederhana di dalam sebuah kamar di tengah kesibukannya mengurusi putri semata wayangnya, Edelweiss dan suaminya itu bisa memunculkan multi tafsir yang sangat “wah” bagi dirinya.  Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada semua peserta saat itu, “ini ilmu baru bagi saya untuk tulisan-tulisan saya selanjutnya”, ujarnya sambil tersenyum. 
    “Komunitas Settung berangkat dari cita-cita sederhana bahwa setiap penulis memiliki kemampuan potensial untuk maju dan menjadi bagian dari tradisi literasi Indonesia, dan bisa sebangun dan sejajar dengan daerah lain dalam memajukan literasi, sastra, ilmu pengetahuan secara umum, dan perbukuan”, Ujar Ilham Q. Moehiddin yang akrab di sapa Bang Ilo itu pada sebuah percakapan di luar diskusi dengan saya saat itu.  
     “Komunitas ini memilih nama “Settung”, selain karena familiar, mudah diingat dan disebut, di hampir semua daerah di Sulawesi Tenggara mengenal buah kecapi ini dengan nama Settung. Anggota Komunitas Settung dipanggil dengan nama Sahabat Settung atau Settungers”, tandasnya  lagi. (MDS)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar